Kamis, 14 Agustus 2008

PEMIMPIN DAN PEJABAT TELADAN

TIGA kata dapat menjadikan negara ini maju, dengan tiga kata negara ini mundur, yaitu ‘pemimpin’. Saat ini, kita sering mendengar ‘belum ada figur Pemimpin teladan’ untuk memimpin bangsa ini. Sehinga negara kita masih terus gonjang-ganjing, krisis kepemimpinan (leadership crisis), kemiskinan terus meningkat, kelaparan semakin banyak, angka putus sekolah belum dapat diberantas. Apalagi sejak dekade krisis moneter, yang mengakibatkan multy crisis di negara kita. Ada baiknya, kita bercermin kepada figur seorang Pemimpin/Pejabat era khalifah Umar bin Khatab.

Sa’id bin Amir merupakan walikota Homs, Syiria yang dikenal adil, jujur dan bijaksana. Umar bin al-Khatab sebagai khalifah yang dulu mengangkat dia, tidak begitu saja percaya mendengar berita kebaikan anak buahnya. Khalifah masih perlu mencari informasi lain tentang keadaan Walikota tersebut. Memang benar, khalifah Umar sama sekali tidak mendapat informasi miring perihal Walikota Sa’id bin Amir tersebut.

Pada suatu kesempatan, khalifah Umar melakukan kunjungan ke kota Homs. Dalam sebuah forum terbuka, Umar menanyakan kinerja walikotanya dalam melayani masyarakat di kota itu. Ada seseorang maju ke depan dan menyampaikan ketidak puasan Walikotanya dalam empat hal sebagai-berikut :

1. Ia baru keluar menemui masyarakat setelah matahari terbit agak tinggi.

2. Ia tidak menyediakan pelayanan masyarakat pada malam hari.

3. Pada setiap bulan ada dua hari dimana ia tidak keluar menemui masyarakat.

4. Ia sewaktu-waktu suka jatuh pingsan.

Mendengar pengaduan itu, Umar tertunduk sebentar, lalu mempersilakan Sa’id untuk menanggapi ketidak puasan masyarakat tadi. Akhirnya, Sa’id sang Walikota dengan sedikit linangan air mata berupaya menjelaskan satu persatu, sebagai-berikut :

1. Mengenai tuduhan bahwa saya tidak keluar sebelum hari sedikit siang, memang karena keluarga kami tidak mempunyai pelayan, maka sayalah yang mengaduk tepung dan membuat roti, kemudian setelah itu berwudlu untuk shalat Dhuha. Setelah itu, barulah saya keluar melayani masyarakat.

2. Adapun tuduhan bahwa saya tidak mau melayani masyarakat di malam hari, demi Allah sebenarnya saya tidak mau menyebutkannya. Saya telah menyediakan waktu siang sepenuhnya untuk seluruh rakyat, dan malam hari bagi Allah SWT.

3. Sedangkan perihal dua hari dalam sebulan tidak keluar rumah, itu karena saya tidak mempunyai pelayan untuk mencuci pakaian, sedangkan pakaian saya juga terbatas. Jadi terpaksa saya mencucinya dan menunggu sampai kering, hingga baru bisa keluar diwaktu petang.

4. Kemudian tentang sering pingsan, saya ketika dulu di Mekah pernah menyaksikan Khubaib al-Anshari disiksa oleh kafir Quraisy, digotong dengan sebuah tandu sambil kulitnya disayat-sayat memakai pisau, lalu kafir Quraisy bertanya kepada Khubaib, “Maukah tempat ini digantikan oleh Muhammad, dan kamu bebas dalam keadaan sehat wal’afiat?”. Khubaib menjawab, “Demi Allah, saya tidak sudi berada dalam kesenangan dan kebahagian dunia, sementara Rasulullah SAW ditimpa bencana, walau hanya tusukan duri sekalipun”. Maka setiap terkenang peristiwa itu, dimana saya masih dalam keadaan musyrik, lalu teringat ketika itu saya berpangku tangan, tidak memberikan pertolongan kepada Khubaib, tubuh saya gemetar karena takut siksa Allah, sehingga saya pingsan.

Sampai di sana, berakhirlah kata-kata Sa’id, ia membiarkan kedua bibirnya basah oleh air mata yang suci , mengalir dari jiwanya yang shalih. Mendengar itu, Umar tak dapat menahan rasa harunya, seraya mengucapkan ‘Hamdallah’, dirangkul dan dipeluknya Sa’id dengan penuh kebanggaan.

Inilah gambaran pimpinan yang amanah, jujur, sederhana, mementingkan masyarakat dan berkepribadian shaleh. Ia dekat dengan masyarakat dan juga dekat dengan Allah. Merasakan kesulitan yang dialami masyarakat, tanpa memanfaatkan kesempatan, sekalipun daerah yang dipimpinnya termasuk daerah yang subur dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tinggi. Ia menyadari bahwa pemimpin adalah pelayan masyarakat yang akan diminta pertanggungjawabannya baik di dunia atau akhirat.

Kepemimpinan yang amanah, akan senantiasa tepat disegala jaman, termasuk sekarang ini. Apabila kita perhatikan, pola hidup Pemimpin/Pejabat saat ini, mereka mempunyai pelayan lebih dari satu, mempunyai rumah mewah lebih dari satu, mempunyai mobil mewah lebih dari satu, mempunyai tanah/kebun dimana-mana. Itu semua dengan asumsi ‘investasi’, dengan pola hidup keseharian yang serba mewah (luxury). Padahal kita tidak mengetahui dari mana sumber dana untuk memiliki semua itu? Apakah sumber dana untuk memiliki semua itu halal atau haram? Sehingga, Pempimpin/Pejabat tersebut karena ada kesempatan, untuk mendapatkan dana dengan mudah, akhirnya dia mempermainkan laporan pertanggungjawaban, istilah saat ini ‘korupsi’. Bahkan, pembicaraan di kalangan rakyat kecil istilah tersebut harus diganti dengan ‘pencuri’, karena hakikatnya ‘koruptor’ sama saja dengan ‘pencuri’.

Lalu, bagaimana dengan fenomena bahwa seorang Pemimpin/Pejabat harus siap melayani masyarakat, kapan saja, di mana saja, bahkan 24 jam sekalipun. Seorang Pemimpin harus meningkatkan kinerja, dedikasi dan profesionalisme? Penulis berasumsi, kepribadian sang Walikota Homs, Syiria Sa’id bin Amir bisa dijadikan rujukan bagi para Pemimpin dan Pejabat di negara kita, tinggal disesuaikan dengan keadaan dan jaman saat ini.

Penulis teringat ungkapan seorang Dokter ahli bedah tumor (onkologi) senior di Indonesia Prof. dr. R. Koestedjo, pada usia 92 tahun masih sehat wal’afiat dan berkarya, bahwa seorang dokter saat ini memang harus hidup layak dan berkecukupan, tetapi jangan mengorbankan ideologi hanya karena mau kaya-raya dari profesi kedokteran, bekerjalah dengan ikhlas, rezeki akan datang dengan sendirinya, saya punya rumah di kawasan Jalan Dago Bandung, diberi dari Belanda karena banyak pasiennya yang saya obati tanpa biaya, saya punya mobil dikasih dari pasien yang sembuh setelah di operasi, hakikat yang menyembuhkannya adalah Allah SWT dengan syari’at dioperasi (Pikiran Rakyat Bandung : 09/08/2008).

Seorang Pemimpin/Pejabat bisa mempunyai seorang pelayan, kalau memang dapat meningkatkan kinerjanya. Seorang Pemimpin/Pejabat bisa mempunyai pakaian lebih dari satu, apabila memang pakaian itu dapat menjadikan sarana untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka melayani masyarakat. Seorang Pemimpin/Pejabat bisa mempunyai kendaraan, untuk mempercepat melayani masyarakat. Namun semua itu, apabila seorang Pemimpin/Pejabat dengan rujukan sang Walikota Homs, Syiria Sa’id bin Amir, maka Pemimpin/Pejabat saat ini harus hidup secara ‘proporsional’ atau apa adanya ‘qona’ah’.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 14 Mei 2008

COPET DI BIS KOTA : SADARALAH !


Setiap pagi aku berangkat ke kantor naik Kopaja 19, pagi ini 08.15 aku naik dari Bendungan Hilir menuju Ratu Plaza, ketika aku naik bis, seseorang memegang saku depan celanaku (yang di dalamnya ada HP). Aku diam saja, gak curiga apa-apa.

Tapi, lama-lama kok ada orang berdempetan terus ke belakangku, aku gak curiga apa-apa. Akhirnya, ada tangan yang mencoba masuk ke saku celana depanku, baru aku sadar itu adalah COPET, ku pukul tangan si copet dan aku menghindar dari copet tersebut, aku lari ke belakang bis. Ada seseorang menegurku, “Ada apa yang terjadi, Pak?”. Eh … ternyata, yang menegurku adalah kawannya si copet. Aku raba dompetku (Alhamdulillah masih ada), aku pegang HP-ku (Alhamdulillah masih ada), kuperhatikan semua copet-copet yang ada di bis, ku hitung : satu, dua, tiga … (ada tujuh orang).

Ada seorang ibu yang terambil dompetnya ketika turun, dompetnya diserahkan kepada kawan si copet. Dalam hatiku, aku ingin berteriak “Coopeeeeeettttt …..”. Namun, aku tak kuasa, aku berpikir realistis saja, kalau aku berteriak “copet”, aku akan di hajar oleh si copet yang berjumlah 7 orang, sedangkan aku hanya sendirian saja, kondektur saja gak berani berteriak “Cooopeeeettt”. Weleh …. Weleh …. Copet …. Copet …..

Mari kita berhati-hati kalau naik kendaraan, jangan lupa berdo’a, dan tentu selalu waspada setiap saat. Padahal, dengan naik bis kota, dapat mengurangi kemacetan di kota Jakarta, seharusnya Pemerintah DKI dan Pemerintah Pusat harus dapat menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan penumpang bis kota, sehingga orang akan nyaman naik bis kota. Orang yang punya mobil pribadi satu, dua atau tiga (sekalipun), akan membiasakan ke kantor naik bis kota, pasti Jakarta bermartabat. Semoga bermanfaat.

Selasa, 13 Mei 2008

PENGHUNI NERAKA YANG PALING BANYAK ADALAH MANUSIA


Manusia itu adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Karena Tuhan telah memberi manusia fisik yang cantik, tampan, dan ditambah AKAL (sedangkan Tuhan tidak memberikan akal kepada makhluk-Nya selain manusia). Tetapi kelak, penghuni neraka yang paling banyak adalah MANUSIA. Kenapa? Karena manusia tidak menggunakan HATI (QOLBU)-nya untuk beribadah dan mensyukuri nikmat yang Alloh berikan kepadanya. Sehingga, manusia harus mempertanggungjawabkannya. Dipakai untuk apa saja ‘akal’ yang telah diberikan Alloh kepada setiap manusia?

Ada 3 (tiga) hal yang harus kita usahakan setiap hari, agar ‘akal’ dan ‘pikiran’ kita tetap (istiqomah) di jalan-Nya, antara lain adalah :

HATI

Ketajaman pandangan dan kejernihan nurani terkait erat dengan ketaqwaan yang dimiliki. Orang yang selalu menjaga kesucian jiwanya dengan tidak mengotori hatinya dari segala bentuk penyakit hati, misalnya : iri hati, dendam, egois, dengki, keras kepala, sombong (karena dititipi Alloh kedudukan/jabatan, dititipi harta melimpah), buruk sangka (shu’udzon). Saya teringat, sebuah lagu berjudul “Tombo Ati” oleh Opick sebagai berikut :

Tombo ati iku limo perkarane

Kaping pisan moco Quran lan maknane

Kaping pindo sholat wengi lakonono

Kaping telu wong kang sholeh kumpulono

Kaping papat kudu weteng ingkang luwe

Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe

Obat hati itu ada lima perkara

Satu, membaca Qur’an mengerti dan mengamalkannya

Dua, membiasakan sholat malam,

Ketiga, berkumpul dengan orang-orang sholeh,

Keempat, membiasakan perut lapar/berpuasa,

Kelima, mengamalkan dzikir malam sampai lama.

Kejernihan hati merupakan kunci aspirasi dan saklar penghubung hikmah dibalik kejadian dalam kehidupan. Rasululloh SAW bersabda, “Hati-hatilah kamu terhadap firasat seorang mukmin karena ia memandang dengan cahaya Alloh”. (HR. Turmudzi).

TELINGA

Ketika suatu informasi masuk ke telinga, lalu diproses dalam pikiran, akhirnya diputuskan oleh akal. Apakah saya harus korupsi? Ataukah saya harus jujur? Walaupun anak dan istri kita sangat membutuhkan uang haram ini, untuk membangun rumah-lah, untuk membeli mobil-lah, untuk naik haji-lah. Disinilah, fungsi telinga sangat dominan, kalau telinga dibiasakan mendengar sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Alloh. Maka, apapun godaan yang menimpa diri kita, tidak akan mempengaruhi ‘akal’ untuk memberikan keputusan akhir yang negatif. Dengan banyaknya fasilitas elekronik digital, kita dapat mebiasakan mendengarkan ceramah, nasyid dan hal-hal positif lainnya, sebagai sumber charger telinga kita, yang dapat membantu ‘akal’ dalam memutuskan berbuat ‘baik’ atau ‘buruk’ agar akal kita tidak ‘low batery’.

MATA

Yang tidak kalah pentingnya, dalam mempengaruhi akal dan pikiran dalam memutuskan sesuatu adalah mata. Peribahasa mengatakan, “Dari mana datangnya lintah, dari darat turun ke kali, dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati”. Mata sangat berperan dalam memutuskan sesuatu, kalau pandangan mata terbiasa melihat kekayaan, kemewahan, ketidak jujuran, kebohongan, manipulasi, kolusi, korupsi, nepotisme. Maka, ketika punya kedudukan dan jabatan, ada kesempatan untuk mengambil uang haram, maka pada saat itulah ‘akal dan pikiran’nya berkata, “Aku harus korupsi”. Tapi, kalau mata terbiasa melihat kesederhanaan, kejujuran, kebaikan, berkumpul dengan orang-orang sholeh, sholat berjamaah di Mesjid, sholat malam, berpuasa, dzikir malam, baca Qur’an. Maka, pada suatu saat, walaupun ada kesempatan untuk korupsi, namun ‘akal dan pikirannya’ mengatakan, “Aku tidak akan korupsi, kasihan anak dan istriku, kelak disiksa di api neraka, na’udzubillah”. Mari, kita selamatkan bangsa dan Negara, dengan memperbanyak orang-orang yang jujur, bekerja dengan penuh disiplin dan berdedikasi tinggi. Terakhir, mari kita renungkan sebuah lagu yang biasa disenandungkan oleh Da’i kondang AA GYM sebagai berikut :

Jagalah Hati
Album : Cahaya
Munsyid : New MQ Voice
http://liriknasyid.com

Jaga.. Jaga... Jaga... Jaga... Jagalah hatimu
Jangan... Jangan... Jangan biarkan kotori hatimu

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya illahi

Bila hati kian bersih, pikiran pun kian jernih
Semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih
Namun bila hati busuk, pikiran jahat merasuk
Ahlak kian terpuruk, jadi mahluk terkutuk

Bila hati kian suci, tak ada yang tersakiti
Pribadi menawan hati, ciri mukmin sejati
Namun bila hati keruh, batin selalu gemuruh
Seakan dikejar musuh, dengan Allah kian jauh

Bila hati kian lapang, hidup sempit tetap senang
Walau kesulitan datang, dihadapi dengan tenang
Tapi bila hati sempit, segalanya makin rumit
Seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit

JAGALAH HATI
Lirik & Lagu : Aa Gym
Arr music : Reza Ramsey, MD Ruhanda
Arr. Vocal : P. Rusli